Well,
kali ini gue mau posting tentang sebuah cerita pendek yang ditulis temen gue.
Entah masuk gender apa gue gak tau, tapi yang jelas gue suka cerita ini. Let’s
see and enjoy. This the story :
Aku
Si Mawar Hitam duduk terdiam dalam
sebuah perjalanan ratusan kilometer menjauh darimu, neyusuri jalan-jalan di
pulau jawa yang panjang, memperjauh jarak antara aku dan kamu –bukan kita- setiap detiknya melepaskan
satu persatu ingatan tentangmu dalam satiap helaan nafas. Kini aku Si Mawar Hitam disini, kota tempatku
berada, terpisah ratusan kilometer darimu yang tak akan pernah kutemui lagi.
Aku
Si Mawar Hitam mulai menata kembali
kehidupanku disini tanpamu. Cerita tentang teman lama yang sangat menyangiku
mungkin telah selesai, tertinggal di Luewis Panjang.
Ini
lucu, sekaligus gila, semua ingatan tentang mu, masih terasa begitu kental dan segar dalam memori otakku.
Mengingat bagaimana lusa lalu aku menyusuri perjalanan panjang yang melelahkan,
aku Si Mawar Hitam duduk termenung
didalam bus yang melaju kencang nyusuri jalan-jalan panjang di pulau jawa.
Entah apa yang aku lakukan. Ini gila! Menyusuri pulau jawa, menempuh jarak
ratusan kilometer hanya untuk bertemu denganmu. Seorang teman lama dengan kisah
dan pesona. membuat kejelasan diantara aku dan kamu, bukan kita.
Ini
gila, aku masih tidak mengerti apa yang telah aku lakukan, aku meragukan semua
ini, rasanya aku tak ingin sampai dan bertemu denganmu. Rasanya aku ingin terus
seperti dulu, menikmati semua perhatian dan kasih sayangmu, melimpahkan
perhatian juga sayangku padamu, tak apa meski tanpa kejelasan, asal tetap bisa
menyangi dan disayangi olehmu apalah artinya sebuah label? “status” dimata
masyarakat dan teman-teman ku yang justu menjadi boomerang bagi kita pada
akhirnya, oh, maaf, mungkin hanya untukku, bukan untukmu.
Bus
ini memasuki pemberhantian terakhir, Luewis Panjang. ya, aku Si Mawar Hitam disini. Menapakan kakiku
di Luewis Panjang, untuk bertemu denganmu dan menghabiskan waktu yang ku punya
bersamamu, memberi sedikit kebahagian sebelum kubuat kejelasan diantara kita.
Segala
usahaku dan kebulatan tekadku hampir sirnah,, saatku lihat kembali sosokmu,
senyummu dan tawamu dalam cahaya menari. Aku Si Mawar Hitam menikmati setiap waktu, setiap menit dan setiap
detik yang ku habiskan bersamamu. Aku Si
Mawar Hitam tak mau memikirkan apapun, tak mau memikirkan apapun tentang
kejelasan yang akan kukatakan kepadamu. Aku mau menikmati setiap detail tempat
ini bersamamu untuk sekali ini saja. Aku mau menyusuri jalan-jalan di kota ini dengan bermanja-manja
bersamamu seperti sepasang kekasih. Aku mau menyandarkan kepalaku sekali ini
saja dipundakmu dengan nyaman.
Tak
dapat ku pungkiri, semua kebahagiaan yang aku rasakan bersamamu, saat
jari-jarimu membelai lembut helaian-helaian rambutku, saat tanganmu melingkar
dibahuku, saat semua rasa, canda dan tawa kita menjadi satu, menyusuri setiap
detail kota pariangan, 24jam sehari tersa kurang jika aku bersamamu, aku tak
rela menutup mataku untuk tertidur barang sejenak, aku ingin mengukir dan
merekam semua kenangan yang mungkin kita buat, tak peduli seberapa pun sakit
kenangan ini kelak. Tak peduli apapun yang aku rasakan, aku hanya ingin
bersamamu selama kubisa.
Hingga
tiba saat yang tak pernah aku tunggu, waktu ku harap tidak pernah datang, bahwa
kejelasan yang sudah ingin aku lupakan itu harus terjawab pada akhirnya. Meski
sakit dan menyedihkan, Aku Si Mawar Hitam
akhirnya dengan terpaksa dan hati yang tersayat menyodorkan sebuah
kenyataan pahit yang ku tahu menyakitkan, terlebih setelah semua waktu yang
kita habiskan disini. Terlebih setelah semua kebersamaan yang kita buat disini.
Mencabut dengan paksa pohon yang telah berakar kuat dihatimu. Menorehkan luka
yang begitu dalam sehingga aku bahkan terenyuh melihat tetes-tetes air matamu
yang mengalir dengan deras dan sia-sia.
“aku,
menyerah, aku akan disini, tak akan pergi meninggalkanmu”
Kata
itu yang ingin aku ucapkan Aku bahkan goyah, tak ingin meninggalkanmu. Ini
gila, gila bahwa aku lebih suka seperti dulu.! Lebih suka membiarkan rasa
diantara aku dan kamu –bukan kita- tumbuh berkembang dan berakar semakin kuat
tanpa kejelasan. Bahwa aku ingin bersamamu lebih lama, tak peduli siapakah kau dulu.! Ini
gila, bahwa aku lupa tentang siapa dirimu. Tentang kamu yang tak mungkin
bersamaku seberapapun sayangnya dirimu kepadaku, dan seberapapun aku
menginginkanmu. Masih bisakah aku bersamamu jika aku inginkan??? Bisakah kita
jangan seperti ini? Bisakan kita melanjutkan apa yang kita mulai? Bisakah… aku
tak perlu menginggalkanmu?
Sekali
lagi, tetesan airmatamu yang begitu tulus dan murni menggoyahkan hatiku, Kau
adalah laki-laki yang ku sayangi yang juga sangat menyangiku, dan seorang
laki-laki dari masa lalu teman terbaikku. Laki-laki yang begitu menyangiku,
yang ketulusannya hampir menggoyahkanku. Tapi sejak awal kita telah memimpikan
kebersamaan yang mustahil, tapi bisakah kita bertahan lebih lama?
Meski
ada gejolak yang hebat, dan perlawanan yang luar biasa bahwa aku ingin tatap
bersama, kukuatkan hatiku, meneguhkan pendirianku dan menghapus butir
airmataku, aku tahu kita masih bisa…. Tapi aku menghormatinya dan melakukan apa
yang saharusnya aku lakukan.
Kau
adalah laki-laki yang ku sayangi yang juga sangat menyangiku, tapi bukan
berarti kau tidak bisa hidup tanpaku, hanya masalah waktu sampai akhirnya luka
yang kuberikan padamu ~luka yang sama yang tertoreh pula padaku~ pada akhirnya
mengering, hanya menunggu waktu sampai akhirnya seorang wanita lain datang
dalam hidupmu dan meringankan lukamu, sampai akhirnya ia mangantikan tempatku
dalam hatimu sampai akhirnya menghapuskan bayang terkecil tentangku. Sampai
saat itu tiba aku tidak tahu apakah aku siap untuk tergantikan dan terlupakan?
Aku
Si Mawar Hitam yang sama ketika aku
meninggalkan kota ini, mengangkat kakiku dari Luewis Panjang, tak ada yang
berubah dariku, aku Si Mawar Hitam yang
pertama kali kau kenal sebagai sebuah nama, juga mawar hitam yang sama saat aku
memutuskan untuk menjauh darimu, tetap mawar hitam yang ada dalam
bayang-bayangmu. Tak ada yang berubah Mawar hitam yang kau lihat dibawah terik
matahari ketika ia tersenyum dengan segala luka yang mulai mati rasa. Tak
ada yang berbeda Aku masih Mawar hitam
yang sama, masih penyebab semua lukamu.
Kini
aku Si Mawar Hitam disini, kota
tempatku berada, terpisah ratusan kilometer darimu yang tak akan pernah kutemui
lagi.
“hey,
dari mana dirimu?”
sapa
seorang teman dalam redupnya matahari senja itu.
“kota
periangan” kataku singkat
“untuk
apa?”
“mengunjungi
teman…” kurang tepat rasanya kusebut begitu.
“eh,
bukan, aku mengantar dan menuai luka” sambungku.
“sejauh
itu? Disinipun kau dapat” jawabnya sembarang, aku tertawa, benar disini pun aku
dapat, tapi tidak dengannya, lalu aku
berpaling dan menghela nafas panjang.
Aku Si
Mawar Hitam mulai menata kembali kehidupanku disini tanpamu. Cerita tentang
teman lama yang sangat menyangiku mungkin telah selesai, tertinggal di Luewis
Panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar