Senin, 10 September 2012

Sebuah Cerita Tentang Teman Lama



Well, kali ini gue mau posting tentang sebuah cerita pendek yang ditulis temen gue. Entah masuk gender apa gue gak tau, tapi yang jelas gue suka cerita ini. Let’s see and enjoy. This the story :


Aku Si Mawar Hitam duduk terdiam dalam sebuah perjalanan ratusan kilometer menjauh darimu, neyusuri jalan-jalan di pulau jawa yang panjang, memperjauh jarak antara aku dan  kamu –bukan kita- setiap detiknya melepaskan satu persatu ingatan tentangmu dalam satiap helaan nafas. Kini aku Si Mawar Hitam disini, kota tempatku berada, terpisah ratusan kilometer darimu yang tak akan pernah kutemui lagi.
Aku Si Mawar Hitam mulai menata kembali kehidupanku disini tanpamu. Cerita tentang teman lama yang sangat menyangiku mungkin telah selesai, tertinggal di Luewis Panjang.
Ini lucu, sekaligus gila, semua ingatan tentang mu, masih terasa  begitu kental dan segar dalam memori otakku. Mengingat bagaimana lusa lalu aku menyusuri perjalanan panjang yang melelahkan, aku Si Mawar Hitam duduk termenung didalam bus yang melaju kencang nyusuri jalan-jalan panjang di pulau jawa. Entah apa yang aku lakukan. Ini gila! Menyusuri pulau jawa, menempuh jarak ratusan kilometer hanya untuk bertemu denganmu. Seorang teman lama dengan kisah dan pesona. membuat kejelasan diantara aku dan kamu, bukan kita.
Ini gila, aku masih tidak mengerti apa yang telah aku lakukan, aku meragukan semua ini, rasanya aku tak ingin sampai dan bertemu denganmu. Rasanya aku ingin terus seperti dulu, menikmati semua perhatian dan kasih sayangmu, melimpahkan perhatian juga sayangku padamu, tak apa meski tanpa kejelasan, asal tetap bisa menyangi dan disayangi olehmu apalah artinya sebuah label? “status” dimata masyarakat dan teman-teman ku yang justu menjadi boomerang bagi kita pada akhirnya, oh, maaf, mungkin hanya untukku, bukan untukmu.
Bus ini memasuki pemberhantian terakhir, Luewis Panjang. ya, aku Si Mawar Hitam disini. Menapakan kakiku di Luewis Panjang, untuk bertemu denganmu dan menghabiskan waktu yang ku punya bersamamu, memberi sedikit kebahagian sebelum kubuat kejelasan diantara kita.

Segala usahaku dan kebulatan tekadku hampir sirnah,, saatku lihat kembali sosokmu, senyummu dan tawamu dalam cahaya menari. Aku Si Mawar Hitam menikmati setiap waktu, setiap menit dan setiap detik yang ku habiskan bersamamu. Aku Si Mawar Hitam tak mau memikirkan apapun, tak mau memikirkan apapun tentang kejelasan yang akan kukatakan kepadamu. Aku mau menikmati setiap detail tempat ini bersamamu untuk sekali ini saja. Aku mau menyusuri  jalan-jalan di kota ini dengan bermanja-manja bersamamu seperti sepasang kekasih. Aku mau menyandarkan kepalaku sekali ini saja dipundakmu dengan nyaman.
Tak dapat ku pungkiri, semua kebahagiaan yang aku rasakan bersamamu, saat jari-jarimu membelai lembut helaian-helaian rambutku, saat tanganmu melingkar dibahuku, saat semua rasa, canda dan tawa kita menjadi satu, menyusuri setiap detail kota pariangan, 24jam sehari tersa kurang jika aku bersamamu, aku tak rela menutup mataku untuk tertidur barang sejenak, aku ingin mengukir dan merekam semua kenangan yang mungkin kita buat, tak peduli seberapa pun sakit kenangan ini kelak. Tak peduli apapun yang aku rasakan, aku hanya ingin bersamamu selama kubisa.
Hingga tiba saat yang tak pernah aku tunggu, waktu ku harap tidak pernah datang, bahwa kejelasan yang sudah ingin aku lupakan itu harus terjawab pada akhirnya. Meski sakit dan menyedihkan, Aku Si Mawar Hitam akhirnya dengan terpaksa dan hati yang tersayat menyodorkan sebuah kenyataan pahit yang ku tahu menyakitkan, terlebih setelah semua waktu yang kita habiskan disini. Terlebih setelah semua kebersamaan yang kita buat disini. Mencabut dengan paksa pohon yang telah berakar kuat dihatimu. Menorehkan luka yang begitu dalam sehingga aku bahkan terenyuh melihat tetes-tetes air matamu yang mengalir dengan deras dan sia-sia.
“aku, menyerah, aku akan disini, tak akan pergi meninggalkanmu”
Kata itu yang ingin aku ucapkan Aku bahkan goyah, tak ingin meninggalkanmu. Ini gila, gila bahwa aku lebih suka seperti dulu.! Lebih suka membiarkan rasa diantara aku dan kamu –bukan kita- tumbuh berkembang dan berakar semakin kuat tanpa kejelasan. Bahwa aku ingin bersamamu lebih  lama, tak peduli siapakah kau dulu.! Ini gila, bahwa aku lupa tentang siapa dirimu. Tentang kamu yang tak mungkin bersamaku seberapapun sayangnya dirimu kepadaku, dan seberapapun aku menginginkanmu. Masih bisakah aku bersamamu jika aku inginkan??? Bisakah kita jangan seperti ini? Bisakan kita melanjutkan apa yang kita mulai? Bisakah… aku tak perlu menginggalkanmu?
Sekali lagi, tetesan airmatamu yang begitu tulus dan murni menggoyahkan hatiku, Kau adalah laki-laki yang ku sayangi yang juga sangat menyangiku, dan seorang laki-laki dari masa lalu teman terbaikku. Laki-laki yang begitu menyangiku, yang ketulusannya hampir menggoyahkanku. Tapi sejak awal kita telah memimpikan kebersamaan yang mustahil, tapi bisakah kita bertahan lebih lama?
Meski ada gejolak yang hebat, dan perlawanan yang luar biasa bahwa aku ingin tatap bersama, kukuatkan hatiku, meneguhkan pendirianku dan menghapus butir airmataku, aku tahu kita masih bisa…. Tapi aku menghormatinya dan melakukan apa yang saharusnya aku lakukan.
Kau adalah laki-laki yang ku sayangi yang juga sangat menyangiku, tapi bukan berarti kau tidak bisa hidup tanpaku, hanya masalah waktu sampai akhirnya luka yang kuberikan padamu ~luka yang sama yang tertoreh pula padaku~ pada akhirnya mengering, hanya menunggu waktu sampai akhirnya seorang wanita lain datang dalam hidupmu dan meringankan lukamu, sampai akhirnya ia mangantikan tempatku dalam hatimu sampai akhirnya menghapuskan bayang terkecil tentangku. Sampai saat itu tiba aku tidak tahu apakah aku siap untuk tergantikan dan terlupakan?
Aku Si Mawar Hitam yang sama ketika aku meninggalkan kota ini, mengangkat kakiku dari Luewis Panjang, tak ada yang berubah dariku, aku Si Mawar Hitam yang pertama kali kau kenal sebagai sebuah nama, juga mawar hitam yang sama saat aku memutuskan untuk menjauh darimu, tetap mawar hitam yang ada dalam bayang-bayangmu. Tak ada yang berubah Mawar hitam yang kau lihat dibawah terik matahari ketika ia tersenyum dengan segala luka yang mulai mati rasa. Tak ada  yang berbeda Aku masih Mawar hitam yang sama, masih penyebab semua lukamu.
Kini aku Si Mawar Hitam disini, kota tempatku berada, terpisah ratusan kilometer darimu yang tak akan pernah kutemui lagi.
“hey, dari mana dirimu?”
sapa seorang teman dalam redupnya matahari senja itu.
“kota periangan” kataku singkat
“untuk apa?”
“mengunjungi teman…” kurang tepat rasanya kusebut begitu.
“eh, bukan, aku mengantar dan menuai luka” sambungku.
“sejauh itu? Disinipun kau dapat” jawabnya sembarang, aku tertawa, benar disini pun aku dapat, tapi tidak dengannya,  lalu aku berpaling dan menghela nafas panjang.
 Aku Si Mawar Hitam mulai menata kembali kehidupanku disini tanpamu. Cerita tentang teman lama yang sangat menyangiku mungkin telah selesai, tertinggal di Luewis Panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar